Pages

Jumat, Desember 17

Sulitnya Berhenti Naik Motor

Bak gadis manis nan manja, pasar sepeda motor di Indonesia menjadi buruan para produsen. Mereka berlomba-lomba memasukkan produk.
Sebagian bahkan rela menanamkan investasi, membangun pabrik perakitan di bumi Pertiwi. Sejak tahun 1970-an hingga 2009, sedikitnya sekitar US$ 7 miliar yang ditanamkan para pebisnis sepeda motor. Total kapasitas produksi ditaksir sekitar 7,5 juta unit per tahun.
Investasi mereka tak sia-sia. Keuntungan yang bisa dipetik bisa berlipa-lipat. Maklum, konsumen di Tanah Air haus sepeda motor. Kendaraan roda dua ini menjadi pilihan favorit di tengah karut marutnya sistem transportasi jalan. Angkutan umum tak memadai untuk memobilisasi penduduk, terlebih di kota besar seperti Jakarta. Kemacetan lalu lintas jalan membumbui kehidupan warga kota. Angkutan umum belum menjadi solusi utama.
Jakarta hanya memiliki sekitar 50 ribu angkutan umum, sedangkan penduduknya nyaris 9 juta jiwa pada 2010. Wow! Mana mampu angkutan umum mendukung mobilitas penduduk. Tak pelak, kendaraan pribadi terus membubung, mulai dari roda empat atau lebih hingga roda dua. Pada 2010, populasi mobil pribadi ditaksir sekitar dua jutaan unit, sedangkan sepeda motor ditaksir sekitar 6,7 juta unit.
Secara nasional, populasi sepeda motor ditaksir sebanyak 60 juta unit dan yang beroperasi ditaksir sekitar 40 jutaan unit, sedangkan mobil pribadi ditaksir 10 juta unit.
Jika dibandingkan jumlah penduduk yang berkisar 230 jutaan jiwa, populasi sepeda motor masih rendah. Pada 2007, tingkat kepadatan sepeda motor di Indonesia baru 1 banding 8. Bandingkan dengan Cina yang 1:15 atau India yakni 1:19. Artinya, pasar Indonesia masih terbuka lebar.
Sampai kapan?
Banyak di antara pengendara sepeda motor yang mengaku terpaksa. Artinya, tak ada pilihan lain untuk membantu mobilitas mereka. Baik itu untuk mencari ilmu, mencari nafkah, hingga rekreasi.
Keterpaksaan tersebut yang utama adalah karena sistem transportasi yang ada saat ini tidak memadai. Transportasi umum massal dinilai masih belum aman, nyaman, dan terjangkau. Keterjangkauan mencakup secara akses dan secara finansial.
Tak heran jika mencuat jargon, naik motor lebih efektif dan efisien. Walau, daya angkutnya maksimal hanya dua orang. Kalaupun lebih, bisa dipastikan sang pengendaranya berdalih karena efisiensi.
Akankah jumlah pengendara sepeda motor atau penjualan sepeda motor bakal merosot jika sistem transportasi sudah bagus?
Boleh ya, boleh tidak. Kecenderungannya, bakal terjadi pergeseran. Terlebih, jika secara akses dan finansial benar-benar terjangkau. Artinya, dari segi jam operasional dan penetrasi bisa membantu mobilitas warga setiap saat. Terakhir, terjangkau secara finansial alias pas dengan isi dompet orang kebanyakan. Kalau yang ini, jangan diplesetkan, ’murah aja mau selamat.’

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Street Art Copyright by welcome......!!!!!!!!!! | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowtoTricks