Setengah abad setelah penemuan tentang feromon pada hewan, ilmuwan akhirnya menemukan keberadaan zat itu juga pada manusia. Feromon adalah zat kimia yang meningkatkan kehidupans seks mahluk hidup, begitu dikatakan. Hewan menggunakan feromon untuk komunikasi nonverbal, menyampaikan sinyal kimia melalui udara. Ini mereka lakukan juga untuk menandai daerah kekuasaannya.
Adalah Peter Karlson dan Martin Lüscher yang pertamakali memperkenalkan istilah feromon di tahun 1959, untukmewakili zat yang dipancarkan oleh hewan dan mendeteksi keberadaan spesies yang sama. Tristram Wyatt dari University of Oxford menulis di jurnal Nature terbaru, sejak itu ditemukan zat sejenis pada banyak jenis hewan, termasuk mamalia. Apakah benar pada manusia juga terdapat feromon?
Belum Pasti
Sedangkan menurut Charles Wysocki ilmuwan neurosains dari Monell Chemical Senses Center in Philadelphia, mereka bisa mendemontrasikan pengaruh dari feromon, tapi tak bisa menguraikan identitas zat kimia itu dan apa yang menyebabkannya.
“Kalau kita cari kata feromon pada Google, hasilnya memang jutaan, tapi tak ada penjelasan pastinya,” jelas Wyatt. Hanya disebutkan bahwa feromon memicu perubahan perilaku dan psikologis.
Ilmuwan sudah mempelajari apa saja yang mereka kira adalah pengaruh dari feromon manusia, termasuk studi pada komponen ekstrak ketiak perempuan. Studi terkini juga menemukan bahwa kaum perempuan bisa mengendus intensi seksual lelaki.
Ada juga riset yang menyatakan bahwa nenek moyang primata memiliki lebih baik kemampuan melihat warna, tapi tak mempunyai gen bernama penerima vomeronasal organ (VNO). Hewan lain yang bukan primata menggunakan organ tubuh untuk mendeteksi feromon.”Mungkin itu sebabnya manusia tak punya organ pendeteksi feromon, melainkan mengandalkan kemampuan visual,” ujar Wyatt.
Jumat, Desember 17
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar