Pages

Sabtu, Januari 8

Korupsi Versus Bangsa Pengecut

“Indonesia hebat ya mas?, Setiap hari selalu ada berita korupsi”. Pernahkan Anda dilempari pertanayan seperti itu?, saya pernah. Itu lah pertanyaan yang dikeluarkan teman saya ketika saya makan di warung bersamanya. Bayangkan saja, kata “hebat” disandingkan dengan Indonesia dan korupsi. Apa kemduian yang saya pikirkan waktu itu?. Benar-benar malu dan ngiris.
Korupsi di Negara ini sepertinya sudah semakin menjadi-jadi dan mengakar menjadi budaya. Apalagi kasus ini mencuat setelah nama Gayus Tabunan sering mewarnai berita di media cetak maupun elektronik, ditambah lagi dengan pernyataan mengejutkan dari ketua Mahkamah Konstitusi yang mengatakan, “Kasus Korupsi yang lebih besar dari Kasus Gayus akan segera diledakkan”.
Kalau kita melihat sejarah, awal mula korupsi ini sebenarnya berangkat ketika lengsernya Soeharto presiden kedua Negeri ini. Dari lengsernya seorang yang pernah memimpin negeri ini selama 32 tahun itu, kasus korupsi rupanya malah tidak henti-hentinya beredar di berbagai media. Anehnya,  dengan adanya hal tersebut, para oknum yang melakukan koruptor, tidak henti-hentinya melakukan korupsi, memakan uang rakyat. Mulai dari pejabat pemerintah pusat, sampai takmir masjid pun, semua pernah tersandung kasus korupsi (Republika 6/4).
Korupsi di kalangan pegawai negeri pun rasanya semakin berpeluang untuk melakukan tindakan ini. Maka kemudian, banyak kalangan menilai, jika orang yang “diatas” saja sudah korupsi, maka yang dibawah pun “harus” ikut-ikutan. Bisakah kita bayangkan, jika masyarakat sudah mengiyakan kata  “harus” untuk korupsi?. Maka apa kata dunia?. Makanya kemudian, Mahfud MD mengatakan di harian Republika Selasa (6/4), “Negeri ini memang sudah rusak, tak henti-hentiknya budaya korupsi ada di mana-mana,”
Perlu solusi konkret
Kasus-kasus yang terjadi, harus ada solusi konkret. Solusi konkret tidak harus sesuatu yang baru, tetapi bisa dari hal-hal yang lama. Dalam harian Kompas (6/4) halaman pertama, tertuliskan huruf besar “Hukuman Mati Bagi Koruptor”. Sepertinya hukuman itu harus benar-benar dilaksanakan di negeri ini. Kita bisa mencontoh, negara-negara lain yang sudah menerapkan hukuman mati ini bagi para pelaku koruptor. Jika bangsa ini takut untuk menerapkan hukuman mati ini, maka hal itu berarti, bangsa ini telah menjadi bangsa yang “pengecut.” Membiarkan begitu saja tindakan yang menghabiskan uang rakyat. Bukankah begitu? Bagaimana menurut anda?
 
Read More.....

Masa depan: Cyborg Akan Bersama Kita Semua (Bagian II)

Komputer berkesadaran
Penambahan Maria ‘manusia mesin’ dari film fiksi ilmiah ‘Metropolis’ dan Komputer HAL dari ’2001: A Space Odyssey’ membuat definisi cyborg semakin kabur. Memasukkan HAL kedalam definisi cyborg telah menimbulkan pertanyaan, apakah kecerdasan buatan yang memiliki kesadaran juga mewakili semacam hibridisasi antara manusia dan mesin tanpa bagian organis sama sekali. ‘Sepengetahuan kami, HAL memiliki otak mesin/komputer, yang justru hal ini menimbulkan pertanyaan filosofis, apakah mesin itu dapat memiliki kesadaran seperti manusia,’ kata Kevin Warwick, Profesor sibernetika pada Universitas Reading di Inggris. Komputer yang memiliki otak dari neuron biologis mungkin dapat digolongkan sebagai cyborg, demikian saran Warwick. ‘Definisi paling pas dari cyborg adalah suatu penambahan teknologis pada manusia, yang merupakan bagian dari tubuh, terutama dia terintegrasi pada sistim saraf/otak,’kata Warwick. ‘ Saua merasa bahwa inilah definisi cyborg yang sering ditonjolkan oleh fiksi ilmiah.’ Pendekatan ini cocok dengan percobaan pada diri Warwick sendiri, sebagai ‘Kapten Cyborg’. Pada tahun 2002, dia mengimplantasi chip interface neural pada tangannya, sehingga chip tersebut dapat menterjemahkan signal dari sistim sarah. Kemudian dia mendemonstrasikan kemampuan untuk mengkontrol secara langsung tangan robot, dan mendapatkan feedback dari sensor sentuhan jari. Dia bahkan sudah bereksperimen dengan sejenis telepati elektronis dengan istrinya (yang juga diimplantasi chip).
Kita Semua adalah cyborg
Namun, menurut Warwick bebeberapa definisi cyborg akan membolehkan manusia menggunakan teknologi apapun, apakah itu kaca mata, sepeda, atau bolpen, dan itu sudah cukup dianggap sebagai cyborg. Banyak pakar yang lain setuju dengan definisi teknis mendasar dari cyborg tersebut, yang mengkombinasikan teknologi dengan biologi manusia. Manusia adalah, dan akan selalu menjadi cyborg, demikian menurut George Landow, pakar media digital dari Universitas Brown. Dia menunjukkan bahwa ‘teknologi yang paling hebat dari semuanya’ adalah bahasa, dan juga teknologi informasi seperti menulis dan matematika. ‘Pastinya siapapun yang menggunakan pakaian atau payung adalah cyborg,’ kata Landow. ‘Siapapun yang menggunakan pengobatan, dan lensa kontak adalah juga cyborg. Orang seperti saya, yang menggunakan alat metal untuk jantung dan lensa buatan di mata (setelah operasi katarak), jelas digolongkan sebagai cyborg menurut definisi paling konservatif.’ Tod Winkler, profesor musik pada Brown, bahkan mengusulkan supaya pianis digolongkan sebagai cyborg. Pemusik manusia tahu bagaimana memainkan piano tanpa instrumen, namun dia bukanlah pianis sebelum ia duduk pada piano dan memainkannya.
Cyborg ke depannya
Sesuatu yang sangat biasa seperti piano atau baju dapat digolongkan sebagai komponen cyborg, namun masyarakat akan menganggap hal-hal tersebut sebagai sesuatu yang sangat biasa juga, demikian penjelasan Spence. Dia mengusulkan bahwa teknologi yang digunakan manusia sekarnag ini tidak akan pernah memuaskan konsep cyborg futuristik. Ini mengimplikasikan bahwa definisi populer dari cyborg bisa saja kandas atau justru tidak terjangkau. Hal itu tidak akan terjadi sekarang, namun di masa depan sangat mungkin. ‘Cyborg adalah manusia yang menjadi berharga karena teknologi,’ kata Spence. ‘Menurut saya itu adalah definisi paling berguna dan sangat teknis, namun kurang menyenangkan. Titik penting dari mendefinisikan cyborg adalah supaya hal itu menyenangkan’. Read More.....

Profesi perdana dokter umum apa yang prospeknya cerah?

Tanya:
Saya mau nanya nih. Kalau saya ingin berprofesi sebagai dokter umum, apa sebaiknya kegiatan yang saya lakukan? Saya ada beberapa pertimbangan misalnya, saya ingin buka praktek langsung di kota sambil bekerja menjaga klinik/rumah sakit dan terus menambah reputasi sebagai dokter. Kegiatan ini sifatnya mandiri dan saya bebas melakukan kegiatan lain seperti bisnis apotek yang saya miliki sekarang.
Lalu, saya juga berpikir untuk PTT namun dari yg saya ketahui, ternyata gaji PTT-ST di indonesia, tidaklah sebanding dengan pengorbanan kita. Biaya pun tinggi di daerah ST. Walaupun gaji dan pengalaman cukup baik, namun ketika kita kembali ke kota, kita mengulang lagi dari nol untuk reputasi kita.
Saya juga sempat berpikir untuk ikut PNS, tapi setelah saya pertimbangkan, PNS akan memakan waktu dan sepertinya dokter umum tidak terlalu didukung di masa depan di daerah tempat saya tinggal.
Apa kira-kira pendapat teman sejawat mengenai kegiatan apa yg sebaiknya dilakukan oleh dokter umum (S1) untuk kesuksesan profesinya?
Terima kasih. :)
Dr. Maywell
Jawab:
Dear TS: Dr. Maywell
Sebenarnya apapun pilihan TS, bila dilakukan dalam rangka mencari ridho Allah, dan sesuai hati nurani, pasti duniawi (semua tentang materi, reputasi, dsb) akan mengikuti. Saran kami, jadilah diri sendiri dan yang terbaik!!! Ada mutiara yang mengatakan: It is not the physical achievement, but the state of mind.
Berdasarkan pengalaman, kami telah mulai merintis karir sejak sebelum koas, sebagai penulis dan periset, lebih dari dua tahun kami merintisnya (terus terang kami hobi menulis, membaca, dan punya rasa ingin tahu yang besar).
Alhamdulillah…. Puji syukur ke hadirat Allah….tulisan kami sering menghiasi halaman Suara Merdeka, dsb… serta buku ketujuh kami akan terbit. Kami sendiri hingga kini masih menikmati hidup… kadang jaga di klinik, kadang dipercaya membantu senior, membantu PMI, mewakili organisasi untuk ikut seminar/workshop, mengikuti ACLS, ATLS, dsb. Kemarin kami bahkan sempat menolak saat ditawari menjadi relawan di Merapi….sebab kami harus presentasi di forum Internasional… waktunya hampir bersamaan, sih…. Jadinya nggak bisa semua kami ikutin.
Tentang PTT atau PNS, sementara ini kami belum bisa memberikan gambaran, pandangan, atau penilaian, mengingat kami belum menjalaninya (sampai Desember 2010).
Oh iya… kalau sudah sukses dan mencapai segalanya, jangan lupa untuk melakukan pepatah China berikut ini:
dī shǔi zhī ēn dāng yǐ yǒng quán xiāng bào, yang bermakna: setetes air seharusnyalah dikembalikan dengan setelaga mata air, yang intinya berarti: sebaiknya kita membalas budi seseorang seberapapun kecilnya dengan sesuatu yang lebih baik atau lebih banyak (atau minimal sesuai dengan kemampuan kita).
Demikian penjelasan kami. Semoga bermanfaat.
Salam SEHAT dan SUKSES selalu!!!
dr. Dito Anurogo
Konsultan Kesehatan Netsains.com
Kolumnis di Suara Merdeka dan penulis buku kesehatan
Read More.....

Mimpi-mimpi Ayah Seorang Barack Obama

6409_1230278838267_1267988504_30663998_5587964_nJudul : Dreams From My Father – Pergulatan Hidup Obama
Penulis : Barack Obama
Penerjemah : Miftahul Janah, dkk
Penerbit : Mizan Pustaka
Cetakan : I, Mei 2009
Tebal : 493 hlm

Netsains.Com – Jalan menuju kedutaan terhambat oleh kemacetan: mobil, motor, becak roda tiga, bus, dan opelet yang diisi dua kali dari kapasitasnya, iring-iringan roda dan kaki manusia yang berjuang mendapatkan tempat di tengah panas pada suatu siang. Kami maju beberapa meter, berhenti, mendapat celah, dan berhenti kembali. Sopir taksi kami mengusir sekelompok anak yang menjajakan permen dan rokok, kemudian taksi hamper-hampir mengenai motor skuter yang membawa seluruh keluarga di belakang-ayah, ibu, putra, dan putrinya, semuanya ikut miring saat motor itu berbelok, mulut mereka terbungkus saputangan untuk mengurangi efek gas buangan, sebuah keluarga yang melanggar peraturan. (Hal 50).

Itulah salah satu kenangan Barack Obama saat pertama kali datang ke Indonesia. Dalam buku dengan judul Dreams From My Father inilah satu-satunya buku yang ditulis Obama sendiri yang mengisahkan kehidupannya di Indonesia. Menuturkan secara lengkap masa-masa awal kehidupannya. Dipaparkannya masa kecilnya di Hawaii. Kehidupannya di Jakarta bersama ayah tirinya, Lolo Soetoro, dan pengalamannya mengejar layang-layang bersama anak-anak kampung. Masa kuliahnya yang penuh gejolak dan awal ia terjun menjadi aktivis social di Chicago. Juga bagaimana ia melakukan perjalanan untuk mencari akar budayanya di Afrika, di tengah-tengah kerabatnya yang muslim.
Buku yang ditulis oleh Barack Obama di publikasikan pertama kali tahun 1995 ini, dibagi dalam tiga Bagian. Selain ada Pendahuluan dan Epilog. Bagian satu yaitu Asal-usul, Bagian dua : Chicago, dan bagian tiga : Kenya. Pada bagian satu akan kita dapatkan sejarah asal usul keluarga obama juga tentang kesan obama terhadap Indonesia. Pada bagian dua kita akan belajar bagaimana kegigihan obama saat menjadi aktivis social di Chicago. Dan bagian terakhir yaitu Kenya, kita serasa di ajak berpetualang ke keindahan salah satu Negara di benua Afrika, yaitu Kenya. Juga pertemuan yang mengharukan antara Obama dan keluarga besar ayahnya.
Barack Husein Obama II, yang lahir 4 agustus 1961 menulis dalam bukunya di bagian satu banyak kenangan tentang Indonesia. Kami tinggal di Indonesia selama tiga tahun waktu itu,antara 1968 sampai 1971. sebagai hasil dari pernikahan ibuku dengan seorang berkebangsaan Indonesia bernama Lolo, mahasiswa yang ditemui ibuku di Universitas Hawaii. Nama lelaki itu berarti “gila” dalam bahasa Hawaii, yang membuat kakek selalu tertawa geli. Namun, arti nama tersebut tidak sesuai untuk lelaki itu, karena Lolo memiliki tingkah laku yang baik dan lembut terhadap orang lain. (Hal 53)
Dan juga pendapatnya tentang keadaan Negara Indonesia waktu itu, sebagai contoh adalah bagaimana mengatasi para pengemis, mereka tampaknya ada di mana-mana, sebuah galeri orang-orang sakit—lelaki, perempuan, anak-anak menggunakan sobekan kain yang berselimutkan debu, beberapa pengemis tidak berlengan, lainnya tanpa kaki, korban-korban penyakit kudis atau polio atau lepra yang berjalan dengan tangan mereka atau meluncur di trotoar yang padat dengan menggunakan gerobak yang dibuat sembarangan, kaki-kaki mereka terlipat di belakang bagai manusia karet. (Hal 61). Dari sini bisa kita lihat bahwa sejak masih kecil Obama sudah mempunyai perhatian yang besar terhadap tragedy kemanusiaan yang melanda sebuah negeri.
Menarik untuk mengetahui peran ibu kandungnya sebagaimana mayoritas di Amarika sangat mempedulikan pendidikan dan masa depan anaknya. Dikisahkan bahwa selama di Indonesia, selama lima hari dalam seminggu, dia datang ke kamarku pada pukul empat dini hari, memaksaku menyantap sarapan, dan melanjutkannya dengan mengajariku pelajaran bahasa inggris selama tiga jam sebelum pergi sekolah, agar Barry (nama kecil Obama) dapat menyesuaikan dengan pelajaran di sekolah Amerika jika kelak mereka kembali ke Amerika. Dan sebagaimana kegemaran anak-anak, Seperti kebanyakan anak-anak Jakarta lainnya, Barry melewatinya dengan bersekolah, lalu bermain sepanjang siang hingga malam, menerbangkan layang-layang, menangkap jangkrik, bersama anak petani, nelayan, hingga anak birokrat rendahan.
Di bagian kedua buku ini, dikisahkan oleh Obama mulai dari proses pencarian identitas diri di tengah rasialisme yang kuat di amerika pada masa-masa itu. Bagaimana ia pernah menenggelamkan diri dalam pengaruh alcohol dan ganja. Dan berkat jasa besar ibunya yang penuh kasih sayang untuk mendorong Obama agar tekun dalam belajar, maka obama berhasil melawati masa-masa pencarian identitas dan berhasil menyelesaikan kuliahnya di Columbia University dan bekerja pada Business International Corporation dan New York Public Interest Research Group. Sebelum memutuskan untuk menjadi aktivis penggalangan masyarakat (Community Organizer). Dan inilah awal yang bisa disebut sebagai awal karier politik Barrack obama.
Sebuah awal yang sulit sebagaimana ditulis oleh Obama : Dalam enam bulan, aku kehabisan uang, menganggur, memakan sup kalengan. Demi mencari inspirasi, aku datang untuk mendengarkan ceramah Kwame Toure, alias Stokely Carmichael, orang terkenal dari SNCC dan Black Powder. Di jalan masuk menuju auditorium, dua perempuan satu berkulit hitam, satu orang asia, menjual buku-buku marxis dan berdebat tentang peranan Trotsky dalam sejarah. (Hal 174).
Dan setelah setelah bertemu dengan Marty kaufman, seorang Yahudi yang sedang mendirikan sebuah gerakan penggalangan di Chicago, maka Barack Obama mulai bekerja dengannya. Di sini Obama mulai mengelaborasi akar permasalahan yang dialami oleh masyarakat miskin terutama dari para warga kulit hitam. Ia bekerja dengan tekun dan tak kenal lelah untuk mendatangi rumah warga satu-persatu untuk mendengar keluhan-keluahan mereka mulai dari selokan mampat, ledeng air tak menetes, membuka lowongan pekerjaan .
Dari sinilah Barack Obama ditempa menjadi seorang aktivis yang harus sabar, telaten, menekan ego-nya, dan juga menomor duakan kehidupan pribadinya, dan berakhir saat Obama diterima sebagai mahasiswa di Harvard Law School.
Pada bagian ketiga, dikisahkan perjalanan Obama ke Kenya – Afika sebelum ia masuk kuliah di Harvard. Dalam Perjalanannya Obama bertemu dengan adik-adik tirinya dan neneknya. Melalui mereka Obama bisa mengetahui secara detail tentang sejarah keluarga besarnya. Bagaimana latar belakang budaya dan sifat dari garis keturunan ayahnya, selain tentunya mengenal lebih dalam tentang silsilah keluarga besar ayahnya. Hal yang menambah semangat juangnya adalah bagaimana ayahnya yang berasal dari Negara miskin Kenya bisa berhasil sampai bersekolah di Harvard. Dan juga dengan melakukan perjalanan ke Kenya, Obama akan tahu apa mimpi-mimpi ayahnya yang belum terwujud.
Memang seperti yang di akui Barrack Obama, ada bahaya yang melekat dalam buku autobiografi, godaan untuk mewarnai peristiwa dengan cara yang menyenangkan penulisnya sendiri, kecenderungan untuk terlalu tinggi memandang pengalaman-pengalaman dirinya di bandingkan pengalaman orang lain, dan kesengajaan menghilangkan kenangan tertentu. Tapi secara keseluruhan buku ini menurut saya memang menarik untuk di baca dan sangat Inspiratif. Bagaimana dalam Pergulatan hidup ini kita harus selalu memperjuangkan impian , angan, harapan, cita-cita untuk menjadi seorang yang Sukses. Tidak hanya dalam pengertian sukses dalam hal materi dan kedudukan politik atau jabatan. Tetapi Sukses dalam pengertian dalam keterbatasan yang kita miliki kita bisa bermanfaat bagi masyarakat dan kemanusiaan. Dengan selalu mengutamakan Toleransi.
Selain itu menurut saya dengan gaya bertutur Obama yang sering menyelipkan kalimat-kalimat puitis dan juga alur yang mengalir membuat buku ini enak untuk di baca dan juga penuh dengan makna yang kontemplatif. Juga kegemaran Barack Obama dalam membaca dan menulis hingga banyak referensi yang dia miliki turut mewarnai begitu kayanya istilah dan idiom yang ada.
Tidak salah kiranya nobelis sastra Toni Morison memuji buku ini dengan mengatakan bahwa buku ini adalah ” Buku yang luar biasa dan unik”. Read More.....
 

© Street Art Copyright by welcome......!!!!!!!!!! | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowtoTricks